Taman Hutan, Surga Tersembunyi di Kota Bengkulu
“Hey bangun! Bangun Jul!” teriak Bang Yudi dari depan
TV. Ternyata pagi itu dia sudah siap lebih awal, dengan semangat dia mulai
berteriak agar aku segera bergegas mandi dan bersiap-siap untuk perjalanan hari
ini. “Apa? Masih jam 6! Astaga!” rutukku dalam hati. Kali ini dia mulai menarik
selimutku dan mulai berceloteh panjang, entah berbicara tentang apa. Suara TV
dan suaranya seakan beradu sama kuat. Sempoyongan aku berdiri dan menuju kamar
mandi. ‘Ah, segarnya air pagi hari di Kota Bengkulu ini.’ Saat itu kami
menginap di Hotel
Sindu (Sinar Dunia). Ya, ceritanya
kali ini aku kembali menjadi tour guide
dadakan.
Rute hari kedua di Bengkulu saat itu masih belum aku
rencanakan. Tapi, yang jelas Bang Yudi sangat ingin melihat Danau Dendam Tak
Sudah. Jelas danau tersebut menjadi salah satu tujuan wajib kami hari itu. Jam
06.30 pagi, kami sudah siap dan bergegas menuju tempat makan pagi yang telah disiapkan
oleh pihak hotel (salah satu fasilitas hotel).
Tempat makan tersebut takjauh dari kamar yang kami sewa, tepat di sebrangnya. Sambil berbincang seadanya,
Bang Yudi kembali menegaskan bahwa dia sangat ingin melihat Danau Dendam Tak
Sudah. Ah, sepertinya dia terlalu semangat pagi ini, berulang kali dia
lontarkan pernyataan tersebut. Ingin segera aku
selesaikan makan pagi itu dengan cepat, taktahan mendengar ceritanya yang
itu-itu saja. Jika diadakan kuis, mungkin abang ini sudah mendapatkan gelas cantik. #hahaha
Jam tujuh lewat kami mulai bergegas beranjak dari hotel
mengendarai motor rentalan dari hotel tersebut. Bermodalkan Google Maps kami
menyusuri jalan menuju Danau Dendam Tak Sudah. Ya, sebenarnya aku juga masih
belum terlalu hafal jalan di Kota Bengkulu, walaupun ini bukan kali pertama aku
ke kota ini. Awalnya, aku meminta Bang Yudi untuk mengendarai motor dan aku
sebagai navigator. Tapi, Bang Yudi
mentah-mentah menolak permintaan tersebut. Akhirnya, aku mengalah dan Bang Yudi
menjadi navigator.
Pagi itu merupakan awal dari perselisihan kami dan terus berlanjut
hingga kami menemukan suatu tempat yang luar biasa keren. Sebelum tiba di
tempat tersebut, pada sepertiga perjalanan ternyata aku baru menyadari bahwa
jalan yang kami lalui merupakan bukan jalan menuju Danau Dendam Tak Sudah.
Kesal aku dibuatnya, padahal sudah menggunakan Google Maps tapi masih salah
arah! Hingga akhirnya aku berhenti dan melihat arah yang kami tuju. Ternyata eh
ternyata, jalan yang kami lalui berlawanan dengan tujuan. Sangat malas rasanya
untuk memutar arah, jarak yang kami lalui sudah terlanjur jauh. Tak putus arang
aku karena hal tersebut. Aku carilah tempat terdekat yang bisa kami kunjungi.
Taman Hutan menjadi tujuan kami kali ini. Aku takpernah ke tempat ini
sebelumnya. Dalam pikiranku, mungkin tempat ini seperti Kebun Raya Bogor atau
sejenisnya. Karena di Google Maps pun belum ada review mengenai tempat ini, jadi ekspektasiku pun masih mengambang.
Jalur yang dilalui menggunakan aplikasi Google Maps |
Mulailah kami menyusuri jalan dengan mengikuti arahan
dari Google Maps. Kali ini aku mengendarai motor sekaligus navigator, untungnya beberapa fitur Google Maps lumayan
mumpuni. Aku colokkan earphone ke HP-ku
dan aku aktifkan suara navigasi. Ya, tinggal mengikuti arah yang diberikan oleh
Google Maps melalui suara navigasi yang dikeluarkannya saja. Cukup mudah dan
takribet.
Tibalah kami pada posisi tempat perhentian yang ditunjuk
dalam Google Maps. Berdasarkan Google Maps, tak terdeteksi jalan menuju ke
dalam tempat tersebut. Aku pikir, mungkin ini jalan baru sehingga masih belum
terdeteksi oleh Google Maps. Kami coba masuk melalui jalan yang ada di hadapan
kami tersebut. Ternyata betul, ini merupakan jalan yang sangat taklayak
dilewati. Jalan berbatuan, becek, banyak genangan air di sepanjang jalan. Benar-benar
jalan yang tak direkomendasikan. Jalanan menuju sana pun sangat sepi. Ragu rasanya
ingin melanjutkan perjalanan tersebut. Tapi, tiba-tiba ada beberapa motor lewat
menuju jalan keluar. Syukurlah, sedikit mendapat secercah pencerahan, berarti
masih ada kehidupan di dalam sana. Aku lanjutkanlah perjalanan ini.
Kami melewati beberapa rawa. Tumbuhan air yang tumbuh di
air, aku tak tahu apa jenis tumbuhan tersebut. Udara yang lumayan dingin dan
sejuk. Banyak pohon yang sejenis, Sepertinya Pohon Pinus tapi entah tepatnya
apa nama pohon tersebut (aku tak begitu mengetahui tentang dunia tumbuhan).
Suara deburan ombak semakin terdengar jelas. Udara pantai mulai berhembus. Setelah
melewati jalan yang lumayan parah tersebut, tibalah kami pada ujung perjalanan.
WAW, luar biasa! Tempat ini sungguh indah! Aku sangat
suka dengan perpaduan alam di sini. Ada beberapa kubangan besar tempat Kerbau
bermain, pantai, danau kecil, setumpuk rumah di pedesaan, jalan tanah yang
masih sangat alami. Sungguh, terbayar semua letih yang kami lewati. Ingin rasanya
berlama-lama di sana, menikmati pesona alam yang masih asri. Memang terkadang
untuk mendapatkan suatu yang berkesan itu takmudah, harus menempuh perjalanan
yang berliku, terjal, hancur, dan sejenisnya. Tapi yakinlah akan ada surga di
balik tempat tersebut.
Ya, tempat ini aku namakan surga yang tersembunyi di Bengkulu.
Mengapa demikian? Aku sangat mengagumi ke-alami-an tempat tersebut. Perpaduan alam
yang seperti aku jelaskan di atas sungguh sangat apik: rawa, pantai, pedesaan,
danau kecil, dan hutan yang masih sangat alami. Kicau burung yang masih dengan
lantangnya bersuara, kerbau yang masih bebas bermain di alamnya, dan suara
debur ombak yang memecahkan kesunyian. Ah sungguh elok negeriku!
Perjalanan kami kali ini sepertinya lumayan berkesan,
menemukan sesuatu yang di luar ekspektasi dan rencana yang kami buat. Semua ada
hikmahnya! Rekahan senyuman takhenti ketika berada di sana. Kami beristirahat
sejenak dan menikmati alam hingga siang pun tiba. Sebelum adzan Zuhur, kami
telah meninggalkan tempat tersebut dan kembali melewati jalan yang rusak. Ah,
tak apalah! Yang penting hati ini sudah terpuaskan! Samoga bisa menemukan
tempat yang seperti ini lagi, dan semoga bisa kembali singgah di tempat
tersebut.
Wisata yang terbaik adalah wisata alam yang masih sangat
alami. Yakinlah!
Baca juga:
- Bukit Sulap dan Hikayat Putri yang Hilang
- Air Terjun Curugsewu: Air Terjun Tertinggi di Jawa Tengah
- Jambi Paradise: 18 Kegiatan yang Bisa Kamu Lakukan di Surganya Kota Jambi
- Alaminya Air Terjun Desa Muara Beliti Baru, Musi Rawas, Sumatera Selatan
- Asiknya Mandi di Air Terjun Sando, Lubuklinggau, Sumatera Selatan
Comments
Post a Comment