Tutorial Bunuh Diri Ala Penyap (Novel Fiksi Bernyawa Nyata)
Sebelum
membicarakan novel yang berakhir sedih ini, aku ingin mengucapkan terima kasih
pada storial.co
yang telah merekomendasikan bacaan ini untuk aku review. Bagi kamu yang ingin
membaca novel ini silakan klik link ini.
Membaca Penyap
seakan membaca tutorial bunuh diri yang dikemas secara ringan, jenaka, dan
bernas. Selain itu, Penyap juga seakan menyajikan kumpulan novel (terdapat
banyak sekali referensi novel yang disebutkan dalam buku ini). Sosok Leo yang
rapuh dan tegar tersebut ternyata mempunyai sisi positif yang dalam, dia cerdas
(rajin membaca) dan juga seorang yang tulus, walaupun sangat
bertolak-belakang dengan lingkungan sekitarnya. Leo dan Anna dipertemukan
dengan satu persamaan: bosan hidup di dunia. Mereka pun mulai berbagi kasih
dengan persamaan tersebut. Saling menguatkan. Saling mengasihi. Saling melengkapi.
Mereka mencoba
melakukan tindakan bunuh diri karena merasakan beban hidup yang berat. Anna
divonis mengidap penyakit kanker, ditambah lagi orang tuanya yang terlalu over-protective, kakaknya yang tak lagi
perhatian, kemudian lingkungan sekolahnya yang seakan memandangnya dengan
sangat kasihan. Anna merasa diperlakukan berbeda dengan orang normal. Dia tertekan
dengan semua keadaan di sekitarnya. Mendapatkan cobaan seberat itu, Anna pun mencoba
berulang kali bunuh diri.
Berbeda dengan
Leo. Leo bukan mengidap penyakit yang berhubungan dengan tubuhnya walaupun
terkadang dia juga mengalami sakit pada tubuhnya (lebam akibat pukulan ayah dan
temannya), namun tidak separah Anna. Leo memiliki keluarga yang sangat
berantakan. Leo adalah anak yang dihasilkan oleh orang tuanya di luar nikah. Orang
tuanya pemabuk, pengguna narkoba, dan kadang melakukan kekerasan. Lebih
mirisnya lagi, ayah biologis Leo divonis menderita AIDS dan ayahnya berakhir
bunuh diri (gantung diri). Leo menyaksikan semuanya. Lebih menyakitkan lagi,
ketika ayahnya sedang sekarat, ibunya selingkuh dengan laki-laki lain yang sama
buruknya (pemabuk). Setelah ayah biologisnya meninggal, ia tinggal bersama ayah
tirinya, namun penderitaan Leo seakan tak kunjung usai. Ayah tirinya sering memperlakukan
Leo dan ibunya dengan kasar. Sering melakukan kekerasan fisik, hingga terkadang
lebam di badan sudah terbiasa bagi Leo dan ibunya. Ah, alangkah peliknya hidup
anak ini.
Aku benar-benar
mengapresiasi penulis novel ini: Sayyidatul Imamah. Beliau berhasil membangun karakter tokoh dalam
novel ini. Novel fiksi yang seperti nyata. Aku pikir pun, memang ada kehidupan
yang demikian. Dan orang-orang yang mengalami hal demikian adalah orang-orang
yang luar biasa. Apalagi orang tersebut dapat bertahan hidup lebih lama. Luar
biasa ter-untuk manusia super seperti itu. Orang yang dapat bertahan hidup
lebih lama ketika divonis tak dapat bertahan lama oleh dokter (yang seakan
menjelma menjadi Tuhan); orang yang mengalami tekanan batin yang berlebih
seperti Leo; dan orang-orang super lainnya. Kalian luar biasa.
Novel sadis ini
seharusnya memiliki label target pembaca karena berisi tentang kekerasan dan
cara bunuh diri. Novel ini dapat masuk kategori novel remaja, namun isinya
terlalu berlebihan untuk ukuran remaja. Jika novel ini dibaca oleh orang
dewasa, pasti akan dapat di-filter secara mudah oleh pembaca. Namun, bagaimana
jika dibaca oleh remaja? Isi dari novel ini bisa menjadi suatu referensi yang
mungkin belum mereka ketahui, sehingga dapat dijadikan acuan bagi mereka untuk
melakukan tindakan bunuh diri (novel ini memaparkan cara bunuh diri). Namun,
jika target pembaca novel ini untuk orang dewasa, mungkin pemilihan diksi lebih
sedikit dikembangkan agar tidak terlalu ringan.
Penyap menyajikan
orisinalitas tersendiri. Pendalaman karakter pada novel ini benar-benar
terlihat nyata, dramatis, dan logis. Begitupun dengan dialog yang dibangun
antar karakter yang lumayan hidup dan membangun emosional pembaca. Namun,
percakapan antar teman Anna terkesan labil dan bercampur-campur. Jika bahasa
yang digunakan lebih konsisten, pasti akan terlihat lebih rapi.
Character
Chemistry yang dibangun pada novel ini terlihat nyata
dan setiap tokoh pun mempunyai karakter yang kuat. Saya pikir, penulis lumayan
mendalami setiap karakter tokoh yang dibuatnya.
Seperti yang
dituliskan di atas, gaya tulisan pada novel ini ringan untuk dibaca. Diksi
pun tak banyak yang rumit. Namun, sayangnya masih ada beberapa kesalahan dalam
penulisan dan bebarapa kalimat seakan terlihat janggal. Masih perlu dilakukan
sedikit editing.
Sampul depan Penyap sebenarnya
terlihat sederhana: terdapat dua tangan yang seakan ingin meraih
satu-sama-lain. Detail-detail pada tangan yang mencerminkan karakter tokoh
utama terlihat sangat mengena dan unik. Sampul depan novel ini sangat membantu
dalam pendiskripsian isi novel, hanya jika pembaca telah menghatamkan novelnya.
Namun, jika orang yang hanya melihat sampul depan (atau baru akan membaca novel
ini), pasti akan menimbulkan daya tarik dan pertanyaan tersendiri. Apa hubungan
PENYAP dengan dua tangan? Ada apa dengan kedua tangan ini? Pasti
akan semakin memancing rasa ingin tahu calon pembaca.
Comments
Post a Comment