Nusantara Berkisah dengan Sejuta Arti Hidup #sayabelajarhidup
‘July, semangat selalu! Semoga harimu
selalu menyenangkan! Trus menulis ....’
Alhamdulillah,
aku mendapatkan buku yang luar biasa ini dari salah satu penulisnya: Mbak Mimi
La Rose. Kalimat di atas ia tuliskan setelah menandatangani pada halaman
pertama buku ini. Terima kasih Mbak Mimi atas bukunya dan sudah bersedia
mengantarkan langsung ke kantor. Alangkah baiknya Mbak ini. Aku patut bersyukur
mengenal orang sebaik dia.
Buku yang ia
berikan adalah kumpulan cerpen dengan judul ‘#sayabelajarhidup: Nusantara
Berkisah' – S. Dian Andryanto bersama 30 penulis, dan Mbak Mimi adalah salah
seorang penulis dalam buku ini. Ia berkontribusi dua tulisan dalam buku ini.
Buku dengan
196 halaman + cover ini diterbitkan oleh Langgam Komunika. Sampul depan buku ini
menampilkan seorang anak yang sedang bermain layangan dan terdapat beberapa layangan
di atasnya, ditemani senja dengan jingga yang khas. Ya, ilustrasi yang benar-benar
menggambarkan salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh anak-anak
Indonesia (mungkin kita bisa sebut sebagai nusantara). Sampul depan yang
menyejukkan, sama halnya ketika kita menyaksikan senja asli dengan semburat
jingganya.
Kali ini, aku
tak akan menceritakan seluruh cerita dari buku ini. Ya, bisa jadi tulisan ini
akan terlalu panjang jika aku membahas setiap cerita yang ada di buku ini, sepur pun bisa kalah panjang jika aku
menceritakan semuanya. Namun, aku akan sedikit bercerita karya dari Mbak Mimi
La Rose. Seperti yang aku sampaikan di atas, Mbak Mimi berkontribusi dua
tulisan dengan judul: ‘Sepasang Sandal Karet’ dan ‘Kebaikan yang Sia-sia’.
Sepasang
Sandal Karet: Seorang perempuan yang dengan ikhlas melayani suaminya dan juga
keluarganya tanpa memerhatikan kondisi dirinya sendiri. Ah ... kisah ini
benar-benar menyentuh, apalagi jika seorang perempuan yang membacanya. Mungkin
perempuan ini akan terenyak dengan kisah ini.
Kebaikan
yang Sia-sia: Kisah ini bagaikan perumpamaan don’t judge the book by the cover. Cerita yang menggunakan sudut
pandang ‘saya’ ini mengilustrasikan perumpamaan di atas. ‘Saya’ (berdasarkan sudut
pandang cerita ini) telah menilai seseorang tanpa mengetahui kebenarannya. Alhasil,
ketika ‘Saya’ tahu siapa orang tersebut, ‘Saya’ pun benar-benar membenahi diri
dan banyak belajar dari orang tersebut. Orang yang ‘Saya’ nilai itu dengan
ikhlas menolong orang gila (orang tak waras) yang nyaris sering ia lakoni.
Logikanya, bagaimana bisa seorang yang tak waras akan menghaturkan terima kasih
pada orang yang menolongnya? Jelas ... jelas saja bagaimana? Namun logika telah
mengalahkan nurani. Kalah telak!
Cerita-cerita
yang disuguhkan pada buku ini sebenarnya cerita sederhana namun sangat mengena.
Beberapa penulis sangat peka terhadap lingkungan, mereka dapat mengolah cerita
menjadi luar biasa berkesan. Saya salut dengan intuisi para penulis dalam
melihat kehidupan. Ah ... aku kadang tak mendapatkan hal tersebut dalam diriku.
Hal inilah yang membuat buku ini menjadi luar biasa. Namun sayangnya, buku ini
nampak seperti kurang persiapan, atau mungkin sedang mengejar deadline. Mungkin
projek buku berikutnya bisa jauh lebih baik lagi. Ammiiin ....
Comments
Post a Comment