PERANG DIKALA MALAM
Duhai malam yang kini sedang berperang,
berperang melawan setan durjana.
Duhai malam yang kini tak lagi gersang,
gersang hilang, tergenang air di tanah.
gersang hilang, tergenang air di tanah.
Wahai kau sang penancap belati,
yang dulu pernah berjanji.
Bukan aku tak mengerti,
tapi ini urusan dengan ilahi,
janji tetaplah janji.
Bukan juga aku tak memahami,
tapi sang ilahi juga tak tidur malam ini,
dan janji tetaplah janji.
Wahai sang malam,
yang kini selalu mencekam,
bukan maksud hati tak merekam,
tapi setiap malam setan itu datang dan mencengkram.
Ini bukan lagi urusan nasi,
bukan juga urusan belati,
tapi ini menyangkut hati,
hati yang katanya tak pernah ternodai,
membuat hati tak berharap lebih,
karena nanti hati pastikan lirih,
tak mau lagi hati mengeluh perih,
biar malam ini, diri berperang sendiri agar hati semakin terlatih.
yang dulu pernah berjanji.
Bukan aku tak mengerti,
tapi ini urusan dengan ilahi,
janji tetaplah janji.
Bukan juga aku tak memahami,
tapi sang ilahi juga tak tidur malam ini,
dan janji tetaplah janji.
Wahai sang malam,
yang kini selalu mencekam,
bukan maksud hati tak merekam,
tapi setiap malam setan itu datang dan mencengkram.
Ini bukan lagi urusan nasi,
bukan juga urusan belati,
tapi ini menyangkut hati,
hati yang katanya tak pernah ternodai,
membuat hati tak berharap lebih,
karena nanti hati pastikan lirih,
tak mau lagi hati mengeluh perih,
biar malam ini, diri berperang sendiri agar hati semakin terlatih.
Comments
Post a Comment