Topeng Mu Terlalu Bagus
Politik
sangat dekat dengan kemunafikan. Manusia bertopeng. Raja dan ratunya
sandiwara. Politik sangat erat kaitannya dengan kekuasaan, pengambilan
keputusan dan sifat jelek lainnya. Mengapa tidak? Dari sekian banyak penganut aliran
politik, yang paling sering ditemui adalah politik yang beraliran negatif.
Lalu
bagaimana teori politik itu sendiri?
Secara
etimologis, politik berasal dari kata Yunani ‘polis’ yang berarti kota atau negara kota. Menurut Aristoteles yang merupakan orang pertama
memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut
zoon politikon, “bahwa hakikat kehidupan sosial adalah politik, dan interaksi antara
dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan politik. Politik
merupakan kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia, misalnya
ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika ia
berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi orang
lain agar menerima pandangannya.”
Berdasarkan
pernyataan di atas, kata politik itu sendiri menunjukkan suatu aspek kehidupan,
yang berarti kehidupan politik sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi
kekuasaan dengan unsur-unsur: negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan,
dan pembagian.
Berdasarkan
pernyataan Aristoteles di atas dapat disimpulkan juga bahwa penerapan ilmu
politik tidak hanya berkisar pada tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh
penguasa negara di lingkungan kekuasaan negara. Dalam kehidupan sehari-hari,
masyarakat biasa juga sering melakukan tindakan politik, seperti, politik
dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya.
Jika
saya diberikan kesempatan untuk melabelkan kata “politik” tersebut, maka saya
akan melabelkan layak nya label bungkus rokok. “Politik tidak baik bagi kesehatan
karena akan membuat dosa bertambah, jengkel, marah, geram, hati dongkol, buruk
sangka dan penyakit hati lainya, kecuali hepatitis.”
Permainan
kotor politik itu bagaikan lumpur hisap yang sangat kotor dan menjijikkan. Jika
sudah masuk, maka kotor jugalah kau. Siap atau tidak, dia akan menelanmu, menenggelamkanmu, memasukkanmu dalam permainan politik yang mereka buat.
Untuk menyiasati itu kita harus bertindak cerdas keluar dari sana, apa pun
itu jalannya.
Dalam
berpolitik, pelaku akan menghalalkan semua cara untuk mendapatkan apa yang
menjadi target dari tujuan politik tersebut. Dalam masyarakat umum terkenal
bahwa para pelaku yang melakoni ilmu
politik adalah orang-orang dewasa yang berkecimpung dalam hal pekerjaan. Itu
bukan hal yang salah, tapi untuk takaran zaman sekarang, pemuda atau remaja pun
terkadang ikut terlibat dalam hal tersebut. Terutama bagi para pemuda dan
remaja yang aktif dalam organisasi. Pemuda aktifis ini biasanya akan menemui
perilaku kotor politik baik itu dari pembina, pemimpin atau pun rekan kerja
mereka. Berdasarkan pengalaman yang mereka dapat dari organisasi tersebut,
mungkin mereka akan belajar sedikit demi sedikit. Tapi entah, akankah mereka mengambil
pembelajaran positif dari perilaku kotor politik tersebut?
Lalu
bagaimana dengan para pemuda yang bukan aktifis organisasi. Mereka akan menjadi
korban dan santapan segar permainan politik bagi para pelaku politik. Sebagai
contoh, permainan politik di lingkungan sekolah. Sebuah sistem, administrasi
atau pun birokrasi dari sekolah. Para petinggi dan pengurus sekolah tersebut
terkadang memainkan politik kotor di dalamnya. Entah itu perbuatan korupsi
ataupun hal lain yang berkaitan dengan gengsi kedudukan atau posisi. Pada kedua
perilaku tersebut, pasti akan berimbas banyak pada kemakmuran civitas akademika
sekolah tersebut. Tak jarang para pelaku memasukkan korban yang tak bersalah ke
dalam permaianan politik yang dibuat mereka. Memainkan permainan pada sebuah
arena permainan yang dibuat si pelaku untuk menindas korban yang tak bersalah
dan menaikkan derajat orang yang tak pantas melalui permainan tersebut.
Jelas
sekali bahwa imbas dari semua itu adalah para korban politik yang belum
mengenal bagaimana kejamnya dunia politk itu. Salah satunya adalah para siswa
ataupun pemuda di sekolah tersebut. Sungguh
tak pantas perilaku yang dilakukan pemimpin untuk takaran dunia pendidikan. Menanggapi
kasus di atas, jika itu terjadi pada sekolah anda, tak ada salahnya jika anda
sedikit belajar mengenai penanganan permainan politik sejenis itu. Yah, minimal
anda tidak menjadi korban dalam permainan mereka. Namun beruntunglah bagi anda,
jika memiliki pemimpin yang amanah di sekolah.
Hampir
semua penganut aliran politik tak jauh dari topeng. Entah topeng apa yang
mereka gunakan? Yang jelas mereka adalah seorang yang tak pantas untuk
dipercayai. Pengguna topeng itu adalah seorang pengecut belaka, pengecut yang
tak tau diri. Yakinlah, orang yang hanya bersembunyi di balik muka orang lain
bukanlah orang yang patut dijadikan pemimpin.
Kekuasaan
merupakan peringkat nomor satu dalam menjalankan dan menerapkan keahlian dalam
berpolitik. Dengan kekuasaan, keahlian berpolitik bisa diterapkan dengan
maksimal. Politik dalam hal ini bisa menjadi program nyata untuk menyalahgunakan
amanat. Biasanya pemimpin seperti ini melakukan penerepan berpolitk hanya untuk
memenuhi hasrat yang bersifat egois semata.
Semakin ganasnya dunia politik di zaman modern sekarang ini, sudah
selayaknya pemuda zaman sekarang belajar tentang dunia kepolitikan. Selain itu,
mereka juga harus disuguhi dengan pembelajaran ilmu politik negatif, agar
mereka tidak terlihat terlalu naïf dalam berpolitik. Pemuda yang peduli bangsa
seharusnya sadar aliran politik mana yang harus dia anut sebagai pegangan untuk
menyelamatkan bangsa ini. Mereka harus kenal bahwa terkadang dunia politik itu
sungguh kejam. Bahkan bisa membunuh orang yang tak bersalah lalu membebaskan
orang yang bersalah.
Mengibarat
kata pepatah “api harus dipadamkan dengan
air”, maka tidak berlaku pepatah itu dalam kasus seperti ini. Dalam hal ini
kita sebagai pemuda harapan bangsa tidak bisa menghadapi dunia politik aliran
negatif ini dengan sifat toleransi dan memakluminya dengan pernyataan “sudah menjadi budaya!” atau pun
pernyataan lainya yang membuat bangsa ini semakin terperosok. Tegakkanlah yang
benar adalah benar dan yang salah adalah salah.
Kelakuan
dengan memaklumi sifat jelek, sudah seharusnya kita buang jauh-jauh. Jika kita
menerapkan hal semacam itu dan bersifat lembek dengan para pelaku, yakinlah itu
tidak akan mempan. Itu tidak akan membuat para tersangka aliran sesat itu kapok
dengan hal yang telah mereka buat. Oleh karena itu, kita harus melawannya
dengan politik juga, tapi pada aliran yang berbeda, aliran positif.
Sekarang
bukanlah zamannya untuk menyatakan bahwa politik itu hanya untuk ukuran orang
yang lebih dewasa. Pada kondisi tertentu, permainan politik itu telah masuk dalam kehidupan para pemuda
baik itu melalui lingkungan sekolah, bermainan ataupun keluarga. Untuk
menyiasatinya, yaitu dengan mempelajari ilmu politik itu sendiri. Sekali lagi,
minimal kita tidak menjadi korban permainan politik para pelaku politik sesat
itu. Dengan mempelajari ilmu politik itu sejak dini juga akan bermanfaat
sebagai bekal untuk bekerja nantinya karena di dunia kerja pastinya perilaku
politik di dalamnya sangat kental. “Keraslah
pada dunia maka dunia akan lunak pada mu, bung!”
Comments
Post a Comment