Cinta Ibu Pertiwi
Cinta Ibu Pertiwi
Cinta
itu harus menerima apa adanya.
Mencintai
seutuhnya tanpa perlu alasan.
Cinta
adalah satu kata yang mempunyai seribu makna.
Seperti
cinta seorang ibu kepada anaknya. Ibu yang mencintai anaknya semenjak
dikandungan hingga ia besar dan hingga akhir hayat sang ibu. Cinta ibu pun tak
luput dari perjuangan untuk membuat anaknya tetap bisa bertahan hidup. Cinta
yang murni, tak perlu alasan, hanya mencintai dengan apa adanya dia.
Cinta
inipun juga terlukiskan pada cinta dari ibu pertiwi ini. Cinta Indonesia.
Sebuah cinta yang terkadang tak disadari. Dari tanah ibu pertiwi inilah aku lahir
dan besar. Berasal dari tanah subur ibu pertiwi inilah aku telah menjalankan masa
hidupku. Suka, duka, senang, sedih telah aku lewati selama hidupku di Indoesia
ini. Aku cinta hidup di Indonesia dengan semua kelebihan alam yang telah Tuhan
berikan ini.
*******
“AH,
omong kosong semua yang telah kau perbuat. Kau selalu mengacaukan rencana!”
“Bos,
itu demi kebaikan tim. Toh, client suka!
Mereka tak tau apa yang seharusnya terjadi. Kan aku yang memegang keputusan di
lapangan! Lalu apa lagi salahku?”
“Ah
sudahlah, cukup. Aku tak mau berdebat dengan mu lagi mengenai perihal lama ini.
Kau! Aku kasih waktu dua minggu untuk menyelesaikan semua ini. Setelah itu, aku
mau surat pengunduran dirimu sudah ada di meja ku. Silahkan keluar.”
Hari
ini adalah hari aku dikeluarkan dari kantorku. Sungguh, ini bukan perkara kecil
dalam hidupku. Pekerjaan tersebut merupakan salah satu penunjang hidup
keluargaku dan aku. Sunggguh, penyebab pemecatan ku merupakan hal yang sepele.
Mungkin, mereka sudah muak dengan perilaku yang aku perbuat selalu bertolak
belakang dengan tim. Tapi walaupun itu bertolak belakang, client suka dengan hal tersebut. Ah sudahlah! Toh, kejadian seperti
ini sudah sempat aku prediksi sebelumnya. Akupun mulai mencari-cari pekerjaan
pengganti selama detik-detik terakhir ku di perusahaan ini.
Seminggu
sebelum aku resmi keluar dari perusahaan, aku telah diterima bekerja di
perusahaan asing di Singapura. Perihal gaji dan tunjangan, lebih besar dari
sebelumnya. Walau mendapat posisi yang lumayan di perusahaan baru ini, tapi aku
merasa ini bukan bagianku.
Terkadang
cobaan itu datang secara bersamaan dan bahakan terkadang kebahagiaan itu juga datang
secara bersamaan. Aku dan istriku adalah sepasang pengantin baru yang baru
memulai suatu kebahagiaan. Di Batam, aku telah memulai pekerjaan lebih dari dua
tahun. Baru dua bulan kami tinggal berdua di Batam sebagai sepasang pengantin
baru. Istriku merupakan tamatan sarjana pendidikan. Selama dua bulan ini juga
dia mulai mencari pekerjaan sebagai seorang guru, tapi tak kunjung dapat.
Entahlah apa yang seakan mengutuk keadaan kami sekarang ini. Ditambah lagi
dengan dipecatnya diriku sekarang. Cukup sudah cobaan keuangan ini. Yah,
walaupun aku mempunyai beberapa lahan dikampung yang diolah oleh temanku. Tapi
itu hanyalah pekerjaan sampingan, walau pendapatannya pun lumayan besar.
“Bang,
mungkin sudah menjadi kehendak Tuhan, kita harus pindah dari kota ini.”
“Dek,
kita harus tabah, sabar! Ini merupakan cobaan dari Tuhan! Abang yakin pasti
nanti Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik untuk kita. Sabar, yah.”
“Tapi
bang, rasanya cukup sudah semua pertanda dari Tuhan ini untuk kita kembali ke
kampung halaman. Abang ingat, empat bulan sebelum hari pernikahan kita, banyak
tawaran bisnis dari kampung yang abang tolak. Setelah itu lahan perkebunan di
kampung banyak mendapat masalah dan harus abang tangani langsung. Sekarang ibu
sedang sakit bang. Masih banyak lagi kan petunjuk dari Tuhan agar kita pulang
bang.”
“Dek,
itu hanya cobaan. Yakinlah! Kita pasti bisa melalui semua ini dek. Apalagi
sekarang, sudah ada adek di samping abang!”
“Bang,
cobalah berpikir sebentar!”
“Baiklah,
jika itu memang petunjuk dari Tuhan, beri abang waktu. Abang mau berusaha lebih
giat lagi. Abang masih belum siap atas semua nasib dan petunjuk Tuhan ini.”
Hela nafasku panjang, mengakhiri percakapan aku dan istriku malam itu. Sesaat
kemudian, dikeheningan malam, kami hanya diam seribu kata. Merenungi nasib.
Menerka kehendak Tuhan. Menerawang masa depan. Mencoba merangkak demi secercah
kehidupan yang cerah nantinya. Berharap Tuhan segera memberikan petunjuk yang
terbaik buat kami.
“Bismillahirrahmanirrohim” aku pejamkan
mata dengan seribu harapan yang terbaik.
Tiga
minggu sudah aku lewati tanpa kejelasan. Aku bingung. Istriku selalu
mengingatkan ku soal pulang kampung. Aku hampir kacau. Tak bisa tegas dalam
menentukan jalan hidup ini. Kondisi ibuku tak kunjung membaik. “Tuhan beri aku
petunjuk mu!” teriak ku dalam hati di masjid yang terletak di tengah kota Batam
ini. Sekarang aku sibuk berdebat dengan diriku sendiri.
“Petunjuk
Tuhan apalagi yang kamu tunggu? petunjuk apa lagi yang kamu pinta? Bukannya
semua sudah jelas, semua sudah diberikan Tuhan. Sejelas jelas nya petunjuk. Kau
hanya menutup mata hati mu saja. Menutup pikiranmu. Mencoba menuruti semua ego
mu. Masih tak sadarkah kamu bahwa sekarang masih banyak orang yang membutuhkan
kamu. Ayolah Dika, kau begitu pengecut untuk mencoba semua petunjuk Tuhan ini.
Kau mau mengingkari semua nya?” perdebatan dalam hati ini membuat aku semakin
gundah. Akankah aku akan mencelakakan orang di sekitarku?
‘TUHAN!!!’
*******
Keputusan
di masjid itu telah banyak merubah hidupku. Sekarang aku telah mempunyai sebuah
yayasan pendidikan berkonsep ‘back to
nature’ di kota kecilku ini. Aku dan istri yang mengelola nya sendiri.
Yayasan pendidikan berada di daerah perkebunan yang kami kelola sungguh membuat
kami nyaman. Kami nyaman dengan membagikan ilmu yang kami punya untuk anak-anak
penerus bangsa ibu pertiwi ini.
Terkadang
Tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan tapi Tuhan memberikan apa yang
kita butuhkan. Aku baru sadar, selama ini aku hanya menuruti egoku saja. Aku
menutup pintu hati ini hanya karena egoku. Memang betul, penyesalan datang
terlambat. Tapi dibalik setiap penyesalan tersebut kita harus tetap bersukur,
karena dari penyesalan itulah kita bisa belajar dari kesalahan dan menuju yang
benar. Sesungguhnya penyesalan itu merupakan tahap proses menuju suatu kebaikan.
Jadi, jangan selalu diratapi penyebab penyesalan itu. Keep moving forward.
Sekarang
aku bahagia hidup dengan dikelilingi orang yang mencintai aku dan aku yang aku
cintai. Hidup sederhana memang lebih membuat aku bahagia. Hidup hingga mati di
negeri ibu pertiwi ini merupakan harga mati bagiku. Melalui hidup sederhana ini
aku hanya ingin membalas cinta dari ibu pertiwi, Mencerdaskan Anak Bangsa.
Comments
Post a Comment