Ilmu Pasar Tradisional




Setiap orang memiliki karakter yang berbeda – beda begitu juga kemampuannya. Tak ada seorangpun yang bisa mengerjakan semua hal. Tak ada yang sempurna. Dan di benak ku muncul satu kalimat, ‘bukan kah kita hidup di bumi ini untuk saling melengkapi?’. Semua hal selalu berpasangan, ada baik ada jahat, ada tua ada muda, ada cantik ada jelek, ada langit ada bumi, ada matahari ada bulan, ada pria ada wanita, ada murah ada mahal, dan masih banyak lagi. Aku menganggap hal ini benar.
Kali itu aku pergi ke pasar. Banyak hal yang berpasangan dalam pasar, hal itu bisa dilihat dengan jelas. Salah satu dari beberapa adalah, ada mahal ada murah. Kita semua pasti tahu tentang pasar. Tapi bukan itu yang menjadi masalah pernahkah kita ke pasar. Tak hanya mengenai teori mengenai pasar tapi kita harus bisa lagsung terjun dan tahu bagaimana pasar itu sebenarnya. Kita akan mendapatkan banyak hal dari sana.
Salah satu kalimat di alkitab menjelaskan , pasar adalah tempat bertemunya para setan. Tak hanya 2, 4, 6 setan, bahkan lebih banyak lagi setan. Bayangkan jika setiap pengunjung di hantui 2 setan, belum lagi penunggu kios yang berjualan di sana ditunggui beberapa setan, ditambah lagi disetiap pinggir jalan, kemudian setiap sisi dan sudut kios, di parit dan masih banyak lagi. Sungguh tempat yang sesak dan penuh dengan kesuraman jiwa. Di sana tak ada Masjid, Gereja, Kelenteng, Puri, dan tempat ibadah sejenisnya. Bagaimana tak betah para setan tinggal di sana.
Semua ramai. Di pinggir gang dan jalan kecil tempat lalu lalang orang berjalan sudah dipenuhi kios tempat berjualan. Suara bising, saling berteriak satu sama lain, suasana rimba jelas terlihat di sana. Semua orang berdesakan, semua orang sibuk dengan urusannya masing masing.
Cuaca yang panas, partikel gas O2 sudah saling berteriak karena kalah dengan gas CO2, sangat sedikit ruang yang tersisa bagi si O2. Hal itu juga memacu curahan keringat bagi setiap pengisi pasar itu, baik penjual maupun pembeli. Sehingga semua bau jelas ada di sana, kalian bisa tebak sendiri bau apa saja yang ada di sana.  Semua hal itu memberikan impuls ke otak dan seluruh organ sehingga kita menjadi tegang. Seperti sebuah gading yang rapuh dan retak, sekali senggol saja akan hancur, jatuh. Begitu juga dengan kita, semua tegang, salah sedikit saja emosi akan meningkat, tak terpungkiri.  Semua polusi ada disana. Dan para setan sangat menyukai itu.
Kembali lagi, di dunia ini semua hal selalu berpasangan. Ada orang yang sudah terbiasa dengan hal semacam itu dan ada juga yang tidak terbiasa. Baiklah bagi seorang laki – laki yang hampir tak pernah berbelanja keperluan keluarga di pasar tradisional pasti akan kaget dan bisa jadi terlihat bodoh. Biasanya kebanyakan laki – laki hanya mau hal yang simpel, tak mau membuang begitu banyak waktu untuk berdebat dengan hal yang penting, salah satu contohnya adalah tawar menawar. Begitu juga aku, aku hampir tak pernah melakoni kegiatan semacam ini. Dan sekarang aku benar – benar merasakan bagaimana pasar itu sebenarnya.
Kali itu aku disuruh ibu ku untuk pergi ke pasar tradisional untuk berbelanja barang dapur, dan beberapa helai baju titipan adikku. Sungguh, semua persis seperti apa yang aku ceritakan di atas. Dan hal yang pertama aku jumpai adalah semua orang berdebat mengenai harga. Tawar menawar, sungguh hal yang tak begitu aku sukai. Permainan harga begitu kejam. Si penjual membuat tarif seenaknya saja. mengambil untung setinggi tingginya tanpa ada perhitungan, dan si pembeli menawar dengan harga setengah harga lebih, sungguh kejam. Semua saling ngotot dan tak ada yang mau mengalah. Hingga akhirnya, terkadang si pembeli yang kalah atau si penjual yang kalah, dan bagi yang kalah harus menuruti tawaran harga si pemenang. Tak ada yang perlu disalahkan.
Aku sangat aneh dengan hal ini. Dan hal aneh semacam ini telah membudaya di negara kita. Terkadang aku sempat bingung, saat menanyakan harga, apakah itu harga yang sebenarnya atau harga yang mereka buat dengan ganas dan kejam. Saat itu aku berbelanja dengan hati dan perasaan bukan dengan logika. Aku berpikir, jika aku menawar harga yang begitu murah kasihan mereka yang memperoleh untung sangat sedikit tapi di lain pihak si penjual memberikan harga yang tak kepalang mahalnya. Hal itu membuat aku bingung dan terlihat bodoh, karena aku tak pernah tahu harga barang itu sebenarnya, aku tertipu.
Alhasil dari semua barang yang aku beli, harga nya tak ada yang benar. Saat aku menunjukkan rincian biaya belanja, ibu terkejut, sungguh mahal! Ibu menyalahkan ku dengan berbagai alasan. Dan aku tak bisa berbuat apa apa. Hal itu telah terjadi dan semua barang telah aku beli.
Memang aku lebih suka membeli barang di supermarket, tak ada perlu tawar penawar. Tak perlu ada yang di pusingkan, suasananya enak dan nyaman. Harga sudah standart tak akan ada pembohongan harga, dan semua adil, tak ada yang diuntungkan dan dirugikan. Itulah mengapa ada beberapa laki – laki terkadang malas kalau berbelanja di pasar. Dia lebih memilih di supermarket.
Dalam hal ini, ada beberapa kesimpulan yang bisa aku ambil. Dua sifat alamiah laki – laki dan perempuan, yaitu seorang laki – laki lebih menggunakan logikanya dan perempuan lebih menggunakan perasaannya. Nah, jika di pasar terkadang kedua sifat itu saling tertukar. Dan aku harap para ibu dan wanita bisa mengerti jika anak laki – lakinya ataupun suaminya kurang suka pergi ke pasar tradisional. Sungguh mereka tak terbiasa dengan hal semacam itu.

Aku sangat mengancungi jempol bagi para ibu dan wanita yang sering ke pasar tradisional dari pada ke supermarket dan mereka bisa mengatasi emosi semacam itu. Sungguh hal ini perlu suatu hal yang di biasakan dan perlu waktu untuk mempelajari perihal ilmu pasar semacam itu, dan pasar tradisional harus selalu kita pelihara dan pertahankan.

Comments

Popular

Menikmati Alaminya Wisata Danau dan DAM Gegas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan

OPPO Service Center Lubuklinggau Siap Melayani Kamu

5 Tips Liburan Ala Film Brave (Walt Disney)

Puisi Resah Sang Pencari Kerja

Gajah Mada adalah Gaj Ahmada