D`cantix Slamanya
Kalau bicara cinta seakan tiada matinya. Cinta yang
kadang bak racun bagi penikmatnya. Yah, cinta itu memang racun. Entahlah berapa kali kau merasakan itu, tapi
yang jelas jika kau berani merasakan cinta maka kau harus berani untuk
tersakiti maupun menyakiti. Itu alami terjadi, tapi jika kau tidak ingin itu terjadi
maka jangan rasakan cinta itu. Buang jauh - jauh rasa cinta itu. Sekarang sudahkah
kau siap untuk mengambil keputusan, apakah kau ingin merasakannya?. Dan hidup adalah suatu
pilihan.
“D`cantix slamanya, akan tetap cantik for ever and ever after”, semboyan geng
atau bisa dibilang satu kelompok yang bertujuan untuk senang - senang saja.
TENAR awalnya nama geng yang kami. Sedikit berat jika dilihat artinya dalam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Artinya adalah dikenal banyak orang dan faktanya kami
memang terkenal dikalangan mamang
somay dan pentol bakso yang sering mangkal di kawasan rumah Nike dan Reni. Sebenarnya arti tenar itu sendiri tidak akan ada di dalam
kamus ataupun kitab - kitab baru maupun yang sudah sangat usang, karena arti
TENAR itu sendiri adalah singkatan dari huruf depan nama panggilan kami. TENAR : Tiwi, Eka, Nike, Apri, Reni.
Karena tekanan begitu besar yang kami terima dan sesuai
dengan rumus tekanan bahwa tekanan adalah gaya per satuan luas. Gaya yang diberikan dari nama itu begitu besar sedangkan luas diartikan
jumlah personil geng kami. Hingga hasil dari operasi itu, kami mendapatkan
tekanan yang begitu besar karenan gaya luar yang besar dari nama itu. Akhirnya
kamipun mencari solusinya. Eh bentar, jadi inget fisika dan Reni nih, hihi.
Baiklah, karena salah satu alasan di atas hingga akhirnya
kami bergabung dengan Trio Macan sekolahku, yang beranggotakan Latifah, Fince,
dan Winda. Hal ini bertujuan agar kami benar-benar menjadi tenar seperti digosipkan
di Televisi, tapi nama tenar tidak lagi dipakai pada kali ini. Kamipun kembali
mengumpulkan personil dan mendapatkan artis korea F4, eh sebenarnya nama doang
yang mereka beri untuk geng mereka, dengan anggota, Ayu, Retno, Desi, dan Nurul.
Kemudian ditambah lagi Janna sebagai anak bungsu yang masuk anggota kami.
Walaupun begitu dialah yang memberi nama geng ini “d`cantix slamanya”. Jadilah kami
d’cantix slamanya di SMA kami, yang semua beranggotakan kelas sebelas IPA saat
itu.
Menurut pikiranku kami merupakan geng gila dan taunya
seru-seruan doang, tapi saat lagi bersaing kami tetap give the best, dan sportif, karena memang kebanyakan dari anggota
kami adalah andalan atau pentolan dari sekolah kami, dan bukan pentol bakso
loh! Nah, kami hobi banget ngumpul , nonton bareng, makan bareng, ngerujak
bareng, dengarin musik bareng, pokoknya semua kegiatan yang dilakukan bersama
berlandaskan “yang penting seru”. Dan geng kami paling senang dengan Super Junior.
Yah, boy band yang membikin hati kami
cenat cenut saat setiap kali kami menonton video Super Junior dan karena boy band inilah kami seakan terhipnotis
dan sering lupa waktu. Yah, Super Junior memang is the best, always, for ever and aver after. Pokoknya top deh.
Emh, semua kisah yang kami awali ini membuat kami semakin
akrab pada saat lomba olimpiade sains tingkat kota yang kami ikuti. Walaupun
tidak semua personil yang ikut tapi mereka tetap memberikan support pada kami yang sedang berjuang
dalam lomba itu. Keakraban ini semakin
berlanjut di luar, saat kami nonton Twilight Saga bareng. Setelah itu kami melanjutkan
kegilaan kami di rumah Fince. Yah, disana kami dengarin musik di kamar Fince
terus meragain gaya tiap kami saat lagi dikejar cowok-cowok. Semua itulah yang
menjadi alasan bagiku untuk sulit memisahkan diri dari mereka. Tapi sekarang
aku semakin sependapat bahwa setiap pertemuan itu memang ada akhirnya. Tapi
sebelumnya, aku ingin sedikit bercerita tetang awal dan penyebab perpisahan
kami. Dan satu kalimat yang seharusnya aku katakan pada mereka bahwa sahabat
itu tak memandang kapan dan dimana dan berapa jauhnya jarak, dan mereka adalah
sahabatku.
Waktu itu beberapa personil dari geng kami memang lagi kesensem
dengan anak IPS di SMA kami, contohnya saja aku dan Andri, Nurul dan Ponik,
Reni dan Sadam. Entah apa yang menjadi daya tarik dari meraka hingga kami bisa
melirik mereka. Tapi memang hal itu benar terjadi.
Kejadian yang membuat kami sedikit kaget, dan entah dari
mana Sadam bisa tahu kalau Reni suka dengannya. Padahal Reni yang aku kenal
sangat handal menyembunyikan perasaannya terhadap seorang cowok.
“Malam itu tiba-tiba Sadam nelpon dengan pembukaannya
yang sedikit klasik, semakin lama pembicaraannya semakin berbau kata-kata
gombal. Dan kata-kata itu sudah sedikit familiar dikupingku, karena aku pernah
membaca kata-kata itu melalui paman google. Dan pikirku dia sedang terkoneksi
dengan internet lalu membacakan artikel itu untukku. Yah, cowok yang kurang
kreatif. Tapi apapun alasannya, aku telah sedikit menaruh perasaan padanya,
hingga akhirnya malam itu berujung dengan kata cinta Sadam padaku. Betapa tidak
hatiku senang malam itu. Dan sepertinya aku telah membuktikan teori Einstein,
malam itu terasa sangat cepat karena anganku melayang jauh tapi aku tidak
bergerak.” cerita Reni di telpon sesaat setelah ditelpon Sadam pada malam itu.
Sontak akupun langsung berpendapat, “kau yakin Sadam serius? secara
aku tau banget tabiat anak IPS, aku cuma takut kau dijadiin taruhan doank Ren!”.
Yah, cerita pada malam itu, hanya berakhir dengan kegigihan pendapat Reni
semata.
Lusanya Reni
cerita padaku “ Hari itu di sekolah, hingga pulang aku selalu bersamanya. Melakukan
aktivitas sekolah yang tak hanya diam dan hari itu terasa sangat lama. Kembali
aku membuktikan teori Einstein bahwa semakin kita mendekati
kecepatan cahaya, semakin lambat waktunya relatif dibandingkan kondisi orang
yang tidak bergerak. Einstein
menyebutnya melambatnya waktu karena gerakan. Dan sepertinya aku telah kembali membuktikan, teori itu
memang benar. Yah, yes, teori itu memang benar! Oh yah lanjut, hingga saat
pulang sekolah hari itu aku diantar Sadam pulang ke rumahku, dan pada perjalanan
itulah aku diputusin olehnya. Hati bagai retak seribu Wi, aku tak pernah
menerawang kalau hal ini akan terjadi padaku. Tapi faktanya memang begitu.
Seharusnya aku mendengar kata-katamu Wi!”, cerita Reni, panjang. Dengan gayanya
yang khas seperti memberi khotbah yang mencampurkan teori Fisika dalam
ceritanya. Yah, begitulah dia. Sama sekali tak terlihat sedih, walau kisah yang
dia ungkapkan terdengar sedih. Hem, inilah yang membuatku sedikit kagum dengan
sifat Reni. Dan aku berpendapat, ada yah
cowok yang tega nyakitin hati cewek lugu seperti Reni. Setelah mendengar cerita
dari Reni, hatiku semakin membara, aku lansung ngelabrak Sadam dan marah-marah.
Yah itu mungkin salah satu sikap peduliku dengan teman.
Tapi aku tak tau mengapa, setelah kejadian itu Sadam sering
banget berkelakuan aneh padaku. Memberikan senyum selengekannya setiap saat aku
bertemu dengannya. Aku harus pasrah dan pura-pura senang dengannya. Yah hal itu
harus aku lakukan untuk membalaskan dendam atas permainannya pada Reni. Dan
yang paling menyebalkan tangan dia tidak pernah bisa diam, menjamah tanganku,
merangkul akulah. Dan betapa susahnya, tiap saat aku harus menghindar dan tetep
menyunggingkan senyuman pada Sadam sebagai respon sikap dia yang tak senonoh
itu. Hingga akhirnya aku sudah tak sabar lagi. Aku kumpulin teman-teman geng
aku dan aku cerita semua yang tidak bisa aku tahan lagi terhadap sifat dan
sikapnya. Untungnya mereka mendukungku untuk kasih balasan ke Sadam. Hari itu
juga aku limpahkan semua, tiga kali tamparan untuk Reni, Wardah, dan
cewek-cewek lain. Terakhir, satu kali tinjuan di perut untuk tangan dia yang
tidak pernah bisa dijaga.
Tapi hal itu tak membuatnya surut untuk menggodaku,
setiap pulang sekolah dia selalu menungguku, mengikuti aku, dan acap kali aku
labrak dia untuk pergi. Aku teriak agar dia pergi, tapi nihill yang aku dapat, dia
semakin gigih mengaganggu ku. Dan akhirnya aku memutuskan untuk diam tanpa
komentar. Tapi sikap diam ku ini semakin memperkeruh hubungan aku dengan geng
d`cantix slamanya dan hal itu mambuat aku sedikit tertekan. Teman-teman curiga padaku.
Mereka mengira aku telah mengambil Sadam dari Reni karena sikapku yang tak
pernah sinis lagi dengan Sadam. Satu hal yang sedikit suram, mereka menganggap
aku playgirl. Yah, sedikit menyakitkan.
Kata playgirl ini timbul saat aku mulai dekat dengan Gilang,
awalnya karena kita sama-sama insom. Jadi kita mulai dekat karena hal itu. Tapi
yang tau kita sahabatan cuma kita doang. Saat itu aku hanya bisa percaya
padanya, dia tempat aku curhat. Kami sering banget SMSan, telponan, karena dia
selalu ada saat aku butuhin, selalu ada saat aku disakiti, yang bisa nerima aku apa adanya dan kita tidak
peduli bagaimana persepsi orang lain. Untuk saat itu hanya dia tempat aku
berbagi. Walaupun Gilang udah punya pacar, tapi kami tetap saja santai hingga
kami dibilang pacaran. Entah lah mengapa teman-teman berpendapat begitu. Tapi
itulah yang menjadi penyebab mereka semakin marah padaku dan menuduhku sebagai
perebut pacar orang dan playgirl.
Sebenarnya itu tidaklah benar. Sering kali aku memberikan
penjelasan pada mereka, tapi mereka tak merspon sedikitpun. Hingga ahirnya aku
bosan dengan sikap mereka. Dan semua aku anggap angin lalu. Beriringan dengan
itu, satu hal yang membuatku semakin tertekan, Gilang pergi entah kemana, dia
tak pernah lagi masuk sekolah nomor handphonenya
tak pernah aktif lagi. Semua kacau, seharusnya aku bisa jujur kalau aku sudah
terlanjur sayang padanya. Dan sekarang dia membawa pergi juga kebahagiaan
yang baru aku dapat bersamanya. Entah
mengapa aku merasa, sepertinya aku tak pantas untuk bahagia di dunia ini. tak
ada lagi tempat berbagi di dunia ini.
Semua alur hidupku berjalan flat setelah itu. Hingga
akhir tamat SMA aku tetap dengan ketakutan untuk menorehkan kebahagiaan dengan
cowok-cowok lain, karena itu akan membuatku semakin terpuruk setelah orang yang
telah mencuri setiap kebahagiaan yang aku dapat. Dan sekarang aku melanjutkan
sekolahku ke jenjang yang lebih tinggi. Di perguruan tinggi ini aku kembali
terperangkap dengan binar mata yang sama persis dengan mata Gilang. Dia kakak
tingkat ku, 2 tahun di atasku. Aku mencoba mendekati cowok itu. Iyan namanya. Tak
tahan, aku semakin ingin tahu tetang cowok itu. Semakin lama aku semakin
menaruh hati dengannya. Binar matanya, aku hanya ingin bersamanya, enak saat
bersamanya, nyaman aku rasa. Dan Tuhan memang maha pengasih dan maha pemurah,
dia mentakdirkan aku untuk menjalani hidup bersamanya. Aku menikah dengan Iyan setalah
aku menyelesaikan S1 di perguruan tinggi itu. Aku merasakan sangat bahagia sekarang,
aku tak ingin jauh darinya, aku berharap dia tidak akan pergi dari ku dan
meninggalkan ku, aku tak ingin sendiri tanpanya, aku hanya ingin dia, apapun
itu.
Oh yah, aku bertemu dengan teman-teman geng aku dulu saat
reunian, aku membawa Iyan pergi denganku. Aku tunjukkan rasa bahagiaku pada
teman-temanku, dan kami sudah tak lagi membahas masa lalu yang suram itu. Mereka
terlihat semakin cantik sekarang. Kami bercanda pada pesta itu. Yah, bahagia
aku dapatkan lagi, aku mendapatkan pelajaran dari alur hidupku karena mereka. Aku
sudah berani jujur kapanpun itu waktunya. Aku tak akan pernah lagi takut untuk
bahagia, karena aku telah berani mengambil sikap untuk bahagia. Aku sudah cukup
kuat sekarang karena aku sudah bersama orang yang aku sayang. Terimakasih
teman. Dan aku beserta teman-teman yang aku sayang akan tetap menjadi, “d`cantix slamanya, akan tetap cantik selalu
dan hingga akhir waktu”.
Oh Yah, aku akan melanjutkan baitku dari prolog cerita
ini. Jadi bagaimana keputusan mu? Jika kau ambil keputusan untuk merasakannya,
aku sarankan janganlah kau terkejut, melongo dan marah jika kau tersakiti.
Nikmatilah! hadapi dunia ini, bawa dunia ini ke genggaman mu. Semua itu
karunia, karunia Tuhan, semua itu bagian dari cinta. Rasakanlah, dan syukurilah
itu semua sesungguhnya sakit dan cinta akan selalu bersaudara selamanya, tak
akan terpisah! dan tak akan bisa kau memisahkannya. Aku mencintai mu. Aku
menyakiti mu. Aku disakiti kamu. Aku tersakiti. Dan aku sangat cinta kamu. Yah,
itu semua bagian dari cinta, satu alur. Sekarang? aku tak ingin merasakan
cinta! Yah kau hanya menentang dunia dan hidup akan begitu saja tiap jamnya. Jadi?
aku ingin merasakan cinta! Yah kau hanya menantang dunia dan hidup akan terasa
bahagia, melayang, sedih tertatih, tersakiti dan disakiti. tapi bukan berarti kau
tak bahagia. kau bahagia setiap jamnya, dan untuk selamanya. sekarang bagaimana
keputusanmu?
Comments
Post a Comment