Tirta Empul, Ubud, Sejarah Sumber Mata Air yang Mematikan, Mau Coba?


Bali atau sering disebut juga Pulau Dewata, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Kata banyak orang, Bali adalah tempat liburan yang asik. Ya, benar sekali wanKawan, tak ada yang salah dalam kata-kata tersebut. Dan, ada banyak juga tempat wisata di Bali adalah tempat yang penuh sejarah, baik itu sejarah dari budaya maupun sejarah perjalanan hidup Negara Indonesia.

Kebanyakan wisatawan hanya menikmati keindahan dan pesona wisatanya saja. Ada satu hal yang penting dan patut kita ketahui juga selama wisata di Bali: Sejarah. Ya, sejarah adalah salah satu yang perlu wanKawan ketahui juga selama berliburan di sana. Terutama bagi wanKawan yang berasal dari Indonesia, entah itu berasal dari Indonesia bagian mana pun, yang jelas wanKawan juga perlu mengetahui sejarah dari beberapa tempat wisata di sana. Jadi, wanKawan tidak hanya menikmati suasana tempat wisata, mempelajari budaya, tapi wanKawan juga perlu mengetahui sejarahnya. Mengapa perlu? Pertama, wanKawan bisa menambah wawasan menjadi semakin luas. Kedua, membuka pikiran wanKawan tentang kehidupan zaman dahulu. Ketiga, wanKawan bisa menjadi pahlawan karena ikut menyelamatkan cerita di balik tempat tersebut.

WanKawan, ada banyak wisata di Ubud (Bali) yang patut dikunjungi. Salah satunya adalah Pura Tirta Empul, pada kawasan pura tersebut terdapat kolam sumber mata air suci. Kolam mata air tersebut biasa digunakan sebagai salah satu tempat ritual keagamaan umat Hindu untuk melukat (menyucikan diri).

Walaupun tempat kolam ini merupakan salah satu tempat ritual ibadah umat Hindu, tapi tak sedikit juga wisatawan non-Hindu ikut berendam di dalam pemandian mata air tersebut. Hal ini disebakan karena tempatnya yang asik dan juga sudah dibuka sebagai tempat wisata umum. Sumber mata air ini juga sungguh jernih dan tentunya dingin, karena berada di dataran tinggi. Sungguh sejuk jika wanKawan ingin ikut membersihkan diri di dalam sumber mata air ini.

Sebenarnya, bagaimana sejarah mata air Tirta Empul ini?


Berdasarkan kutipan dari https://wisatabaliutara.com/2014/12/sejarah-pura-tirta-empul.html/: Pada zaman dahulu kala, tersebutlah seorang raja yang gagah perkasa dan tak tertandingi di daerah bali. Raja ini bernama Mayadanawa seorang raja di bali berketuruanan Daitya (raksasa) anak dari seorang Dewi Danu Batur. Raja ini terkenal dengan kesaktiannya yang sangat luar biasa, ia mampu merubah dirinya menjadi bentuk apapun yang ia kehendaki seperti menjadi kambing, ayam, pohon, batu dan yang lainnya. Karena kesaktian dan tahta yang ia dapatkan, Mayadanawa menjadi sangat angkuh dan sombong. Bahkan ia melarang penduduk-penduduk di bali untuk menyembah tuhan dengan segala manifestasinya, karena ia merasa tak ada yang paling kuat selain dirinya maka ia menyuruh para penduduk untuk menyembah dirinya saja.

Dengan wewenang itu, para rakyat menjadi sangat tertekan, namun mereka tak berdaya untuk dapat mengalahan raja mayadanawa tersebut. Semenjak saat itu rakyat menjadi sangat sengsara, tanaman para penduduk menjadi rusak dan banyak wabah penyakit timbul dimana-mana. Melihat hal tersebut, seorang Mpu bernama Mpu Kul Putih memutuskan untuk melakukan samadhi di pura besakih untuk meminta petunjuk dari tuhan. Setelah lama beliau melakukan samadhi, akhirnya ia mendapat sebuah wahyu yang menuntunnya untuk pergi ke india mencari bantuan.

Alhasil, datanglah bantuan dari surga yang dipimpin oleh Bhatara Indra beserta para pasukan terkuatnya. Bhatara Indra kemudian mengutus salah satu pasukannya yakni Bagawan Naradha untuk menjadi mata-mata dan masuk ke Keraton Raja Mayadanawa. Akhirnya Raja Mayadanawa mengetahui bahwa kerajaannya telah terancam. Maka Raja Mayadanawa menyiapkan banyak pasukan untuk menyerang pasukan Bhatara Indra.

Pertempuran dahsyat pun tak terelakkan, Namun dengan pasukan Bhatara Indra tetap unggul. Pasukan Mayadanawa dibuat kalang kabut oeh pasukan Bhatara Indra namun karena hari sudah menjelang malam akhirnya pertempuran itupun dihentikan. Melihat pasukannya kalah telak, Mayadanawa pun bertindak licik untuk mengalahkan pasukan Bhatara Indra.

Pada larut malam, Mayadanawa membuat sebuah mata air beracun yang dibuat di dekat tempat peristirahatan para pasukan Bhatara Indra. Agar niat liciknya tidak diketahui oleh para pasukan Bhatara Indra, Mayadanawa berjalan mengendap-endap sambil memiringkan telapak kakinya untuk berjalan. Sejak saat itulah tempat itu diberi nama Tampaksiring. Pada keesokan harinya, para pasukan Bhatara Indra banyak yang jatuh sakit setelah meminum mata air beracun itu. Melihat kejadian itu, Bhatara Indra kemudian membuat mata air lainnya untuk menyembuhkan para pasukannya. Mata air suci inilah yang kemudian disebut sebagai Mata Air Tirta Empul.

Dengan meminum mata air tirta empul itu, para pasukan Bhatara Indra kembali sembuh. Pengejaran Mayadanawa pun dilanjutkan. Mengetahui hal itu, Mayadanawa sempat ingin bersembunyi dengan merubah dirinya menjadi bermacam-macam bentuk, namun Bhatara Indra tetap mengetahuinya. Pada akhirnya, Mayadanawa merubah dirinya menjadi Batu Paras, diketahuiah oleh Bhatara Indra kemudian dipanah batu paras tersebut dan pada akhirnya Raja Mayadanawa menemui ajalnya.

Kematian mayadanawa itu kemudian di peringati oleh masyarakat Hindu di bali sebagai peringatan Hari Raya Galungan, yang mengandung makna “Kemenangan Darma melawan Adarma”. Itulah sejarah Pura Tirta Empul yang sekarang kita kenal sebagai pura tempat pelukatan atau tempat penyucian diri bagi umat Hindu di Bali.

Hingga kini jejak peristiwa itu masih tergambar nyata di Pura Tirta Empul."Bekas air racun itu masih ada. Sekarang tertutup patung. Waktu saya kecil masih terlihat mata air racun itu. Seperti ada batu terbakar," kata Budi. (sumber: http://regional.liputan6.com/read/2425307/tirta-empul-dan-kisah-mata-air-beracun)

Bagaimana wanKawan, menarikkan belajar mengenai sejarah tempat wisata. Tertarik berkunjung ke sana? Atau sudah pernah ke sana, atau sudah sering ke sana? Untuk semua-semuanya yang telah mengetahui, ayo lestarikan sejarah peninggalan wisata Indonesia.

Kalau tidak kita, siapa lagi?


Terima Kasih.


Comments

Popular

Menikmati Alaminya Wisata Danau dan DAM Gegas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan

Gajah Mada adalah Gaj Ahmada

48 Aplikasi Motif Batik yang Berada Disekitar Kita

PERCAYA

Lima Fakta yang Wajib Kamu ketahui Mengenai Kupu-kupu Gajah (Attacus atlas)