KETIKA KAMU YAKIN, MAKA PERTAHANKANLAH


Di puncak Gunung Api Purba, malam itu terlanjur dingin. Untungnya tak ada badai saat itu. Walaupun demikian, tetap saja tebalnya jaket tak mempan menahan dingin yang menusuk. Secangkir kopi hangat menemani  kami saat itu.

Ya ... kami. Aku dan Zio. Kami duduk di atas batu besar, tepat di puncak. Teman-teman yang lain telah istirahat duluan. Entah jam berapa saat itu. Yang pastinya, mata kami berdua masih tetap terjaga. Mata masih terbuka lebar.

Ah ... aroma sejuk malam. Aroma khas pegunungan. Dingin khas pegunungan. Suara khas pegunungan. Pemandangan khas di atas puncak gunung. Semua itu menjadi campuran yang apik nan memesona. Aduhai ... alam itu memang indah.

Aku dan Zio mulai terisap kesunyian malam. Namun, itu tak berlangsung lama. Aku memecah kesunyian dengan pertanyaan receh, "mengapa harus ada perpisahan?"

"Karena ada pertemuan pastinya ..." Zio menjawab dengan enteng.

"Namun, harusnya kita bisa mencegah perpisahan toh?"

"Kenapa harus dipertahankan jika memang seharusnya berpisah? Siapa tahu perpisahan itu adalah jalan terbaik?! Who knows?"

"Kok bisa? Ketika kamu yakin dan mau, harusnya tetap bisa dipertahankan. Bukan malah melepaskan dan membiarkan sesuatu menjadi hal yang tidak kamu mau. Hidup adalah pilihan. Jadi pertahankan pilihanmu!"

Sepertinya pernyataanku menjadi penutup percakapan malam itu. Kami pun kembali terisap oleh dingin. Nyaris sama dengan secangkir kopi yang berada di antara kami: dingin. Ah ... dingin ini terasa indah.

Comments

Popular

Menikmati Alaminya Wisata Danau dan DAM Gegas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan

OPPO Service Center Lubuklinggau Siap Melayani Kamu

5 Tips Liburan Ala Film Brave (Walt Disney)

Puisi Resah Sang Pencari Kerja

Gajah Mada adalah Gaj Ahmada