SEPUCUK RINDU
Anak tangga demi anak tangga aku lewati. Saat turun, anak-anak tangga ini terasa tak
begitu banyak. Tapi entahlah, saat naik, berasa aduhai ... alangkah beratnya. Sayangnya tak aku hitung jumlah anak tangga tersebut. Yang jelas jumlahnya sekitar puluhan mungkin nyaris seratus.
Siang ini, sengaja aku mampir ke Air Terjun Temam Lubuklinggau, hanya untuk melihat-lihat. Melihat air terjun, sungai, jembatan, anak tangga yang banyak, wahana air, atau orang-orang yang sedang menikmati tempat tersebut. Aku hanya mengisi waktu kosongku. Ya ... siapa tahu mendapatkan inspirasi yang tak disangka-sangka. Aku pun duduk di atas batu, di tepi sungai. Tak banyak orang yang ada di sana. Ada yang hanya melihat-lihat sambil bermain air, ada yang ngobrol santai, dan ada juga sekumpulan orang yang sibuk dengan kamera, menangkap pemandangan yang ada di sana.
Aku? Aku hanya mengamati mereka yang ada di sana. Sekaligus mengamati air yang mengalir dan berharap ada ikan yang tersesat dan terdampar di dekatku. Hahahaha. Ikan mabuk.
Tak jauh dari tempatku duduk, aku mendengar percakapan yang lamat-lamat terdengar. Bukan maksud menguping, kepo, atau sejenisnya. Namun, apalah daya aku ada di deka mereka. Ya ... mau-tak-mau aku mendengar percakapan itu dengan samar-samar.
"Kamu ke mana aja kemarin? Aku nunggu kabar kamu seharian. Kamu ga ingat sama aku? Aku khawatir."
"Kemarin aku ada acara keluarga. Maaf ga bisa kasih kabar."
"Ya ... apa salahnya sekedar kasih kabar sebentar. Chating pun bisa."
"Aku lihat di story, kamu kayaknya sedang sibuk. Aku ga mau ganggu."
"Ganggu? Sejak kapan aku merasa terganggu? Aku senang kalau kamu sering ganggu aku."
"Iya ... maaf."
"Iya, gapapa. Aku cuma rindu kamu. Aku rindu kalau ga ada kabar dari kamu."
Ya ... Tuhan percakapan sepasang kekasih ini membuat aku ... ah sudahlah. Aku? Aku hanya diam mesam-mesem. Salting. Antara mau berdiri atau terus ... ah sudahlah.
Comments
Post a Comment