MABUK SENJA
Sore itu aku
baru saja selesai pulang dari kampus menyelesaikan mata kuliah terakhir pada
hari tersebut. Jingga sore itu nampak begitu memesona. Sepertinya aku terbuai
karenanya. Aku pun tersadar bahwa aku harus bergegas pulang ke kos dan
harus meluncur ke Stasiun Lempuyangan. Jadwal keberangkatan keretaku sebentar
lagi.
Ingin
rasanya punya jurus menghilang atau pintu ke mana saja. Tapi, apalah daya, aku
hanya pemuda biasa. Setibanya di kos, aku hanya mengganti baju dan langsung menggendong
tas ranselku. Saat itu hanya Nando yang ada di kos. Nando adalah teman kosku
sekaligus adik tingkatku. Langsung saja aku todong dia.
“Bro, anterin
ke Lempuyangan, Bro! Bentar lagi keretaku jalan ni! Aduh ...” tanpa basa-basi,
aku layaknya memberi perintah tanpa ada kata ‘tolong’.
“Aduh Om ...
mepet kali. Kau pun ke mana aja Om. Jam segini baru mau berangkat. Aduh!” Nando
pun tanpa basa-basi langsung mengambil kunci motor dan mengunci kamar kosnya. Kami
langsung melesat cepat menuju Lempuyangan menggunakan jalan alternatif tercepat. Beruntung ada Nando saat itu.
Kami pun
tiba, 15 menit perjalanan. Aku turun dari motor dan hanya mengucapkan terima
kasih tanpa berpamitan atau pun bersalaman dengan Nando. Adrenalinku terlanjur
terpacu saat itu karena kereta nyaris berangkat.
Ternyata
benar, kereta baru saja berjalan. Oh my God .... Aku panik. Namun, penjaga
tiket langsung menyarankanku pergi ke Stasiun Yogyakarta yang berada di dekat Malioboro.
Aku pun melesat keluar, naik ojek menuju Stasiun Yogyakarta.
Adrenalinku
masih berada di puncak ketika aku tiba di Stasiun Yogyakarta. Ternyata kereta
juga nyaris berjalan. Astaga! Untungnya, penjaga tiket bagian depan langsung
bergerak cepat, ketika aku menyodorkan tiket dan KTP-ku.
“Mas, cepat!
Lari langsung ke pintu gerbong itu! Lari, Mas! Cepat...!”
Aku lari
secepat mungkin. Ketika kaki kananku menginjaki pintu gerbong kereta, sekejap
kereta berjalan.
Aku terkulai
lemas dan terduduk di ambang pintu gerbong. Capek!
Comments
Post a Comment